Kapal pengangkut minyak Evergreen Line memutuskan menangguhkan semua pengiriman laut via Laut Merah hingga batas waktu yang tak ditentukan. Pengumuman ini dirilis Evergreen usai koalisi internasional yang digagas Amerika dan 20 negara sekutu “Operation Prosperity Guardian” berada diambang kehancuran. Organisasi buatan Amerika itu merupakan sebuah inisiatif keamanan multinasional baru yang penting dengan tujuan memerangi milisi Houthi Yaman, serta memastikan kebebasan navigasi dan keamanan semua negara yang melintas di Laut Merah yang menjadi jalur pusat perdagangan internasional.

Namun, seminggu sejak Pentagon mengumumkan peluncuran Operation Prosperity Guardian, organisasi ini terus dihantui oleh keengganan anggotanya untuk berpartisipasi dalam mendukung tindakan genosida yang dilakukan Israel. Negara negara anggota utama bahkan telah mengumumkan mundur atau mengurangi komitmen terhadap aliansi tersebut, termasuk Perancis dan Spanyol yang mengatakan pihaknya tidak akan beroperasi berdasarkan perintah Washington. Pudarnya elektabilitas koalisi internasional ini yang membuat Evergreen hilang kepercayaan terhadap pemerintah AS.

Survei Elektabilitas Pilpres 2024 Terkini, Capres Terkuat Menang Hampir di Semua Wilayah Indonesia Survei Capres Terbaru Versi Poltracking Indonesia: Prabowo 46,7 Persen Anies 26,9 Ganjar 20,6 Koalisi Bikinan Amerika Bubar, Kapal Minyak Evergreen Pilih Putar Balik Hindari Jalur Laut Merah

Survei Capres 21 Hari Menuju Pilpres: Prabowo 53,5 Persen, Anies Ganjar Mahfud di Sulsel Cek 4 Hasil Survei Elektabilitas Terbaru, Anies dan Ganjar Bersaing Ketat Jelang Pemungutan Suara VIDEO Satu per Satu Koalisi AS Mundur, CIUT Lawan Houthi di Laut Merah, Kapal Denmark Putar Balik

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 10 Halaman 93 94 Kurikulum Merdeka: Membandingkan Isi Teks Halaman 3 Evergreen menilai Amerika tak akan mampu melindungi para crew kapal saat melakukan pelayaran di Laut Merah, alasan ini yang mendorong Evergreen untuk menangguhkan pengiriman minyak melalui Laut Merah. Langkah serupa juga dilakukan perusahaan pelayaran Hapag Lloyd yang memutuskan untuk mengalihkan rute navigasi melalui Cape of Good Hope demi menghindari serangan Houthi, kendati harus merugi miliaran dolar akibat pembengkakan biaya operasional.

“Saat ini kami masih menganggap situasinya terlalu berbahaya untuk dilewati. Kami terus menilai situasi dan merencanakan peninjauan berikutnya,” kata juru bicara Hapag Lloyd dikutip dari Almayadeen. Menurut laporan Reuters harga minyak mentah untuk perdagangan Kamis (20/12/2023) dibuka di level tertinggi, untuk harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) yang dilaporkan naik 2,7 persen jadi 75,57 dolar AS per barel. Lonjakan serupa juga dialami oleh minyak berjangka Brent yang melesat 2,5 persen ke kisaran 81,07 dolar AS per barel.

"Ada banyak ketegangan geopolitik saat ini di Timur Tengah. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di sini terhadap keamanan transit minyak dan barang lainnya," kata analis Again Capital LLC John Kilduff. Sebelum lonjakan terjadi, Colby Connelly analis senior di perusahaan Energy Intelligence yang berbasis di Amerika memperingatkan para investor untuk mewaspadai terjadinya kenaikan harga minyak dunia di tengah serangan Houthi Yaman kepada kapal dagang di Laut Merah. Senada dengan Rob Thummel, direktur perusahaan investasi energi Tortoise Capital. Thummel memproyeksi ketegangan di Laut Merah dapat menyebabkan harga minyak bergerak lebih tinggi.

“Risiko geopolitik di laut Merah menyebabkan harga minyak bergerak lebih tinggi karena sekitar 15 persen lalu lintas pelayaran dunia transit melalui Terusan Suez, rute pelayaran terpendek yang menghubungkan Laut Merah ke Laut Mediterania,” jelas Thummel.

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *